Jumat, 28 Maret 2008

Wilders: Islamisasi Mengurangi Kebebasan di Belanda

Jumat, 28 Maret 2008

Sebagaimana bisa diduga, film Fitnah bikinan Geert Wilders secara sporadin “melecehkan” Islam. “Islamisasi” akan menghalangi kebebasan di Belanda, katanya

Hidayatullah.com—Meski gagal mempengaruhi stasiun TV, Wilders tak kehilangan akal. Ia meluncurkan film “anti-Al-Quran” bertitel Fitna melalui situs internet. Meski banyak dikecam di dalam Negeri dan luar Negeri, tokoh sayap kanan parlemen Belanda ini masih berkilah. Bahwa film yang dibuatnya ini “sangat sopan”. Setidaknya untuk hukum Belanda. Dengan demikian, dia mengabaikan perasaan umat Islam se-dunia.

"Film yang sopan dalam batas koridor hukum Belanda," demikian Wilders menyebut film sepanjang 17 menit itu.

Selain itu, ia juga menambahkan, bila islamisasi akan mengancam kebebasan di Negeri seperti Belanda.

"Pesan saya jelas: makin banyak islamisasi akan berarti berkurangnya kebebasan kita, akan mengurangi hal-hal yang kita junjung tinggi di Belanda dan di sebuah negara demokrasi," kata Geert Wilders kepada Radio Nederland tak lama setelah filmnya keluar.

Isi Cerita

Film Fitna dimulai dengan gambar kitab suci Al-Quran dan karikatur Denmark yang menggambarkan Nabi Mohamad mengenakan tulban dari bom. Sesudah itu terlihat gambar serangan berdarah terhadap New York, London dan Madrid, yang diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Selain itu juga diperlihatkan persiapan eksekusi oleh kalangan Muslim.

Kemudian muncullah tayangan panjang kepala berita pelbagai surat kabar; tidak hanya mengenai pembunuhan sineas Belanda Theo van Gogh tetapi juga ancaman terhadap penulis Inggris keturunan India Salman Rushdie, menyusul terbitnya buku Ayat-Ayat Setan.

Dan Geert Wilders sendiri juga tidak ketinggalan. Dalam film itu ditunjukkan headline bertuliskan, ‘Jihad terhadap Wilders' terpampang besar. Sementara itu ditampilkan juga beberapa orang imam yang mengeluarkan ucapan-ucapan kecaman terhadap orang Yahudi dan kalangan kaum homoseks. Terlihat pula gambar seorang anak perempuan kecil yang, dalam bahasa Arab, menyamakan orang Yahudi dengan "kera dan babi" serta rujukannya pada kitab suci Al-Quran.

Film Fitna kemudian menyoroti apa yang disebutnya bahaya Islam terhadap Negeri Belanda. Gambar-gambar mesjid disusul dengan tulisan, "salam dari Belanda." Ditampilkan pula angka-angka meningkatnya jumlah orang Muslim di Belanda. Pada film ini hanya diperdengarkan musik klasik dan suara asli yang ada.

Akhirnya terlihat gambar tangan yang membuka halaman kitab suci Al-Quran. Lalu tidak terlihat apa-apa, hanya gambar hitam. Tapi terdengar suara kertas yang disobek. Kemudian muncul tulisan bahwa yang disobek itu adalah buku telpon. "Bukanlah saya, melainkan orang Muslim yang harus merobek ayat-ayat yang mengandung kebencian dalam Al-Quran."

Lalu Wilders melanjutkan peringatannya dengan kata-kata, "Islam ingin menguasai, menundukkan dan bertekat menghancurkan kebudayaan Barat."

Tayangan terakhir kembali memperlihatkan karikatur Nabi Mohamad dengan bom pada tulbannya. Penyulut bom itu hampir terbakar habis, lalu terlihat ledakan dan kilat sebagai akhirnya.

Memang tak panjang durasinya. Namun sepintas, ada sebuah ketakutan seorang Wilders –dan mungkin sebagaian orang Barat dan Eropa—terhadap kemungkinan pengaruh berkembangnya Islam di beberapa benua. [rnl/cha/dari berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar: